Pilpres 2019 bukan hanya perkara menang-kalah. Ini soal rebutan kekuasaan atas kekayaan negara. Soal siapa yang akan mengelola aset BUMN. Termasuk Freeport, Garuda Indonesia, PLN, Pertamina, Mandiri, BRI, Telkom, Semen Indonesia, Angkasa Pura, Kereta Api Indonesia, Jasa Marga dan banyak lagi.
Pemenang Pilpres otomatis jadi Panglima Tertinggi TNI. Dan berkuasa menunjuk Kapolri, Menhan, Menlu hingga Mendagri. Urusan perdagangan dan perindustrian juga diatur oleh pembantu sang pemenang.
Semua sumber daya alam negeri ini pun diurus oleh presiden dan pembantu-pembantunya. Tanpa menguasai istana pun, para konglemarat itu sudah lama jadi pengusaha yang mengelola tanah, laut dan udara. Dengan memenangkan #Pemilu2019, posisi mereka jadi ganda: sebagai penguasa sekaligus pengusaha.
Pemenang #Pilpres2019 juga berhak menentukan siapa bendahara dan pengelola fiskal negeri ini. Siapa yang akan jadi pengatur urusan agama, hukum, sosial, pendidikan, kebudayaan dan banyak lagi urusan bangsa.
Pesta rebutan kekuasaan akan selalu panas selama berbulan-bulan musim kampanye, dan bertambah tegang selama berhari-hari penetapan pemenang.
Karena semua sendi kehidupan bangsa ini bertumpu pada politisi yang menjadi pejabat tertinggi negara.
Jadi kalau ada yang bilang pemenang pilpres itu biasa saja, mereka sedang merayu publik agar menganggapnya biasa saja. Padahal setelahnya, para pemenang itu akan melakukan banyak hal luar biasa.
Satu pesan saya: tetaplah percaya sekaligus kritis. Kepada siapapun yang keluar sebagai pemenang Pemilihan Presiden 2019.