Dewi Penjual Bakpao dan Konten yang Menggugah

Perjuangan hidup bocah kecil bernama Dewi Febriyanti (13) telah menginspirasi banyak orang. Seakan tak mengenal lelah, hampir setiap hari sepulang sekolah Dewi berjualan bakpao di sebuah SPBU di daerah Ciledug, Kota Tangerang.

Gadis kelas 2 SMP ini bersyukur diangkat cucu oleh Opung yang sehari-hari mencari nafkah dengan berjualan bakpao. Saat tinggal bersama ibu kandungnya, kondisi hidup Dewi lebih tidak menguntungkan. Dia mengais rezeki dari rongsokan sampah.

Gadis kecil ini mengaku pernah diusir dari beberapa tempat jualan, sampai akhirnya menemukan tempat yang nyaman di SPBU sebelah Perumahan Ubud Cillage. Dari sekian banyak pejalan kaki yang membeli bakpaonya, ada yang memberinya tips dan ada yang menyebarkan kisahnya di media sosial.

Dewi sedang belajar sambil jualan bakpao. Foto: Wahyu Budiono @bepejeel).

Salah satunya Wahyu Budiono. Dia salut atas kegigihan Dewi belajar sambil bekerja. “Beli bakpao yg jual anak SMP lagi ngerjain PR. Kadang sampe malem ini bocah. Laris manis ya dek, biar sekolahmu lancar dan suatu hari nanti, kelak akan kau raih kesuksesan. Aamiin…,” tulis Wahyu di akun Twitter @bepejeel.

Kehebohan dalam sekejap bergulir laksana bola salju. Membelah diri dengan cepat seperti virus. Wartawan menyambutnya dengan mendatangi dan mewawancarainya. Termasuk wartawati Anastasia Aulia, yang kemudian menuliskan kisah hidupnya di KOMPAS.com.

Dari sini kisahnya semakin menancap di benak banyak pengguna media sosial, jadi perbincangan hangat di dunia digital, menjadi viral berhari-hari lamanya.

Banyak orang ikut prihatin sekaligus salut menyimak kegigihan Dewi dalam hidup. Presiden pun terenyuh setelah mengetahui kabar ini. Lalu bergegas mengutus stafnya untuk memberikan bantuan uang dan seragam untuk Dewi dan keluarganya.

Di saat bersamaan, dana yang dihimpun KOMPAS.com untuk siswi penjual bakpao lewat Kitabisa.com sudah mencapai lebih dari Rp 35 juta.

Selain presiden, pengelola Ancol juga tergerak mewujudkan cita-cita Dewi. Pasalnya, dia sempat memberitahukan ke reporter Anastasia, satu tempat yang sangat ingin dia kunjungi sejak kecil, yaitu Ancol.

Pihak Ancol lalu mengutus Suryadi Sandi, Assistant Manager Marketing Dufan, untuk bergerak bersama timnya ke rumah Dewi. Misinya satu: mewujudkan impian Dewi jalan-jalan ke Ancol dan, tentu saja, ke Dufan bersama teman dan keluarganya.

Saat saya tanya apa motivasi Ancol mengajak Dewi jalan-jalan ke Dufan, Sandi menjawab singkat, “Hanya ingin berbagi kesenangan dan kebahagiaan.”

Banyak cara bisa dilakukan perusahaan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan yang diidam-idamkan masyarakat, terlepas apakah mereka bagian dari konsumen atau bukan.

Apa yang dilakukan oleh Dufan menurut saya adalah fenomena organik yang ke depan bisa menjadi inspirasi agar kebahagiaan itu bisa dirasakan oleh semakin banyak orang.

Lagi pula, setiap kegiatan sosial perusahaan bisa menjadi konten yang berguna untuk semakin mendekatkan merek dengan khalayaknya. Perusahaan zaman sekarang sangat diuntungkan oleh kecanggihan teknologi yang memudahkan masyarakat menikmati konten-konten tersebut dengan mudah dan murah.

Tapi ingat, jangan membuat konten hanya berdasarkan apa yang ingin disampaikan perusahaan. Buatlah konten berdasarkan apa yang ingin dinikmati oleh pemirsa.

Jangan pernah membuat konten CSR dengan sudut pandang perusahaan. Jadilah seperti Wahyu atau seperti Anastasia. Buatlah cerita untuk pembaca. Bukan sekedar untuk narsis perusahaan dan sekedar ‘show off’ apa yang sedang dan sudah dilakukan perusahaan.

Karena kalau angle itu yang diambil, saya jamin pembaca hanya akan melihatnya sebagai kegiatan perusahaan biasa yang tidak layak dinikmati apalagi disebarkan ke komunitas mereka.

Pembaca lain juga membaca ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.