Saya lega.
Begitu Indosat mengumumkan nama barunya, pikiran langsung plong. Kekhawatiran yang sempat terbersit di kepala terbantahkan dengan hadirnya logo “Indosat Ooredoo”.
Nama Indosat tetap ada di sana!
Sebenarnya, saya sudah mendengar kabar pergantian nama ini sejak lama, tepatnya sudah sebulan lalu. Tapi karena info yang didapat waktu itu bersifat rahasia, saya memilih untuk tidak membicarakannya. Saya tahu perubahan nama akan dilakukan bulan November atau paling lambat sebelum 2015 lewat. Tapi mulut ini tidak bisa bilang apa-apa.
Nama baru Indosat memang tidak akan lepas dari nama Ooredoo, semua orang tahu itu. Pasalnya, sejak Qtel Group berganti nama jadi Ooredoo, semua merek seluler di bawah grupnya yang tersebar di Asia dan Afrika berangsur-angsur di-rebranding jadi Ooredoo.
Qtel merupakan pemilik saham mayoritas Indosat yang pada tahun 2002 memborong 41,9 saham yang dilepas Pemerintah Indonesia. Pada tahun 2008, penguasaan saham Qtel sudah mencapai 65 persen.
Seketika saya jadi baper. Kebawa perasaan. Apa jadinya kalau nama Indosat menghilang, diganti jadi Ooredoo. Apa jadinya merek yang sangat identik dengan negeri ini berganti dengan nama yang identik dengan kultur lain.
Seperti kita maklum, Indosat merupakan perusahaan milik pemerintah (BUMN) yang namanya sangat Indonesia: Indonesian Satellite Corporation–disingkat Indosat.
Para petinggi di Indosat saya yakin ikut masygul saat keputusan penggantian nama itu diketok palu. Mereka pasti sudah berusaha agar Indosat tetap bernama Indosat, lantaran merek ini sudah kuat tertanam di benak pelanggan. Itulah sebabnya, meskipun durasi program penggantian nama dipatok dari tahun 2013 sampai 2014, Indosat masih belum melakukan perubahan nama sampai akhir 2015 ini tiba.
Di lain pihak, sebagai pemilik Indosat, Ooredoo juga tidak mau program penyeragaman merek di tingkat global yang sedang mereka canangkan tersandung di Indonesia. Apalagi, Indosat sampai saat ini menjadi penyumbang pelanggan terbesar Ooredoo di dunia.
“Dari 16 negara tempat Ooredoo berinvestasi, 65 persen konsumen Ooredoo berasal dari Indosat,” demikian Nasser Marafih, CEO Ooredoo sekaligus Komisaris Indosat, seperti dikutip KOMPAScom, tahun lalu.
Selain itu, Ooredoo melihat Indonesia sebagai pasar yang menjanjikan karena populasinya mencapai 250 juta jiwa, dan pertumbuhan pengguna datanya tergolong sangat cepat.
Seperti terpampang di situs webnya, hampir semua jaringan Ooredoo sudah menggunakan nama yang sama. Di situ tercatat ada 12 negara operasi Ooredoo, yaitu Algeria, Indonesia, Irak, Kuwait, Lebanon, Maldives, Myanmar, Oman, Pakistan, Palestina, Qatar dan Tunisia. Tapi ada beberapa yang menggunakan merek berbeda, yaitu Navlink di Lebanon, Wi-Tribe di Pakistan, dan Asia Cell di Irak.
Balik ke soal pergantian nama. Opsi nama lain mungkin ada, misalnya dengan mempertahankan nama Indosat sebelum Ooredoo. Tapi pakar branding paham, semakin panjang nama semakin tidak efisien dalam konteks komunikasi pemasaran.
Memberikan pengecualian buat Indosat untuk tidak berganti nama pun rasanya mustahil lantaran pemilik nama itu, yaitu pemerintah Indonesia, hanya mengantongi 14,29 persen saham.
Maka keputusan hanya menambahkan kata ‘Ooredoo’ setelah nama ‘Indosat’ merupakan keputusan yang sangat tepat. Hal ini juga sejalan dengan semangat mengutamakan kenyamanan pelanggan Indosat yang mustahil diabaikan begitu saja.
“Menurut studi kami selama dua tahun, brand Indosat memiliki local strength (kekuatan lokal- ed.) yang kuat, nah dengan Ooredoo ini berharap dapat exposure internasionalnya,” demikian jelas Alex di acara perkenalan identitas baru Indosat di Jakarta, Kamis (19/11) kemarin.
Arti Ooredoo
Ooredoo sendiri punya makna yang sesuai dengan kultur masyarakat Indonesia agar memiliki kemauan yang kuat. Ooredoo diambil dari kata Arab ‘araada-yuriidu‘ yang artinya ‘ingin’ atau ‘berkeinginan’. Kata ini memiliki semangat positif untuk berbuat sesuatu. Untuk memiliki mimpi dan cita-cita. Lalu berusaha dan bekerja keras mengejar apa yang sudah dicanangkan (diinginkan).
Ooredoo sendiri menggunakan nama ini sebagai simbol komitmen untuk meningkatkan harkat hidup manusia dan mewujudkan aspirasi para pelanggannya. Saya ingin, Ana uriidu, I want, merupakan motor penggerak dan motivator paling kuat buat manusia dalam bekerja dan berusaha–menjadi lebih baik.
Buat saya sendiri, kata Ooredoo langsung dekat di hati. Karena saya paham bahasa Arab, saya tahu bagaimana memaknainya dengan baik. Dan kata ini langsung mengingatkan saya pada satu hadits Nabi, yang mengajarkan kita tingginya martabat ilmu dalam mencapai kebahagiaan hidup.
“Man arada al dunya fa ‘alaihi bil ‘ilmi. Wa man arada al akhirah fa ‘alaihi bil ‘ilmi. Wa man arada huma fa ‘alaihi bil ‘ilmi.”
“Barangsiapa yang menginginkan (kesuksesan) dunia, maka hendaklah dengan ilmu. Barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dengan ilmu.
Bagaimana menurut Sobat sekalian?