hujan di belakang remang-remang
berhenti sekali, menderas berkali-kali
aku tak lagi ikut dalam iramanya
geluduk menyambar menggelapkan ronanya
angin bertiup kencang dalam dekapnya
memaksa kaki melonjor di atas kasurnya
lalu ku tanya pada diri sendiri
apa yang sedang terjadi
apakah hujan itu turun di sini
untuk ku sendiri?
lalu ku tutup pintu
berderek kusennya itu
memaklumi hatiku sendu
menghalau suara pilu
pada sealas kayu ku bersandar
merenungkan hari kemarin ku tersadar
apakah dunia masih berputar
atau ternyata hatiku telah berpendar
ku biarkan memoriku menguraikan ceritanya
bertemu sesosok manusia indah perangainya
memancarkan setiap impian yang dulu terbenam di benaknya
duh, Tuhan! tak ku sangka semua nyata wujudnya
maka bagaimana hendak ku kuasai diri ini dari sesuatu yang terobati nanti
bagaimana kan ku lantunkan suara-suara dari mimpi pada dinding diri
tak pernah ku berharap dia di sana menjadi pelipur lara
padaku di sini menghapuskan dariku duka
biarlah kesudahannya rindu mencekam mencabik damaiku
merona memerah melupakan susahku
hanya ku ingin ada di saat waktunya tiba
atau sudahi semua setelahnya diriku tiada
@iskandarjet Jakarta, 22 November 2015
Saat hujan lebat membasahi tanahnya